Saturday, April 11, 2009

Hahaha, bego.

Saya, sebagai yang lebih muda dari yang baca, mau membahas tentang status saya sebagai manusia. Dimana saya merasa berhak untuk setidaknya, bicara, di tengah keadaan manusia yang saling menekan. Saya disini bukan menjudge, melainkan sebagai salah satu android 15 - 29 tahun yang ingin sesekali diperhatikan. Gak cuma dianggep lebih muda yang bisanya cuma main musik, jalan jalan, sama belajar (ya tentunya yang berperilaku baik juga ya, kalo yang udah brutal sarap, ayo kita tertibin sama sama hahaha). Saya gak beda dari 15 tahun suka senang senang yang lain kok. Cuma.. saya masih merasa, bahwa saya masih belum bisa beneran berbuat dalam apa yang saya pikirkan. Saya cuma bisa nulis. Nulis, tanpa bisa sekali waktu mengutarakannya pada yang berwenang. Banyak masalah yang suka saya pikirkan, dan saya temukan solusinya, hanya berakhir di sebuah posting blog yang 5 comment pun gak sampai (taruhan deh). Menunjukan betapa saya sangat tidak dianggap di komunitas dunia. Saya ingin diketahui. Sayang, dunia belum mengijinkan saya, atau makhluk makhluk lain setara saya, untuk unjuk kebolehan dalam masalah pola pikir.

Saya kasihan melihat makhluk makhluk yang sama besar dengan saya, hanya bisa bergossip satu sama lain membicarakan suatu solusi (yang genius gila) terhadap masalah besar yang mungkin adalah satu satunya jalan keluar. Cuma bisa didengar oleh komunitas yang lebih kecil dari kutu. Pengeeeen banget deh saya rekam terus saya ajuin ke Pak Presiden. Sayang sekali. Sepik kalau pelajar pelajar kayak saya yang hampir satu kaki lebih pendek dari kalian tidak bisa mengatur dunia. Mau saja diperdayai dengan kata kata kamu belum cukup umur. Jadi sekarang rasis umur nih ceritanya?

15 tahun seharusnya tidak menghalangi seorang makhluk untuk berpengaruh. Apa bedanya dengan 35 tahun kalau yang dipikirkan sama. Kalau yang dihadapi sama. Kalau yang ditanggung sama. Paling pengalaman aja yang negbedain, saya status pendidikan, saling kerjasama aja kan gak dosa Oom. Perkembangan sekitar membuat saya terbuka. Kalau dilihat secara individual, saya tidak seharusnya berada disekolah mengecam pendidikan yang tidak sesuai dengan cita cita saya (yang seharusnya saya belajar yang saya perlu, bukan yang orang pikir kita perlukan), padahal mungkin, mungkin saja kalau saya ada di parlemen, saya bisa menyelesaikan masalah banjir di Jakarta dalam waktu 6 bulan. Gatel saya kali liat bapak bapak pada ngomongin masalah negara yang muuuuter muuuter aja padahal saya sama temen temen udah bikin bagan solusinya.

Saya cuma pengen aja sekali sekali nyoba mengajukan pikiran, dan umur doang yang selalu menghalangi saya. Saya sering takut gak boleh ngomong kalo lagi pada seru ngomonging masalah, makanya diem aja. Saya juga gak mau kok kalian kehilangan status lebih gede, dan itu sesuatu yang penting. Bukan berarti saya menjelek jelekkan kalian yang lebih berpengalaman, nggak. Saya hanya ingin kalian berhenti memandang kami lebih kucrut dari kalian. Mungkin apa yang ada di otak kalian tidak lebih baik dari apa yang ada diotak saya. Hahaha. Kalian pasti berpikir bahwa self-righteousness tinggi, sampe berani posting begini ke internet. Hahaha saya ngerti kok. Emang saya masih lebih bego dari kalian.

Saya pengen deh punya community berkepala SMP yang berpengaruh di dalam pemerintahan. Sekedar beri ide ide yang bersih dari royalti (well, kalau terbukti lebih bermanfaat, masih dosa pasang harga? hahahaha gak deng :P). Ide ide yang tentunya simpel dan bermanfaat, mungkin ide ide yang murah, secara tidak langsung mengurangi amount uang yang akan dikorupsi kan? Haha. Kan biar pernah, nyobain rasanya bermanfaat buat orang banyak (masalahnya, itu satu satunya cara biar bisa liat rakyat seneng). Anggota kaum intelegens bisa datang dari mana saja kok. Yang penting, baik dalam pola pikir dan sesekali berdebat, gak susah. Kami masih mau juga kok nerima nasehat nasehat (yang masuk akal dan gak terkesan menyuruh) dari yang lebih berpengalaman. Saya bosen sama speech contest. Cuma memang piala. Saya lebih bangga menangin kepala kepala DPR yang menoleh terhadap kalimat yang saya katakan. Maksudnya, saya kepengen real act. Real act dari muda muda yang diketahui segala pihak. Rasis gender sudah gak jaman, eh sekarang jaman rasis umur kali ya. Saya udah bicara, eh salah, menulis. Kapan ya saya bisa benar benar berasa jadi orang dengan modal tinggi 156 cm?

Posting saya ini semata mata karena kalimat pertama paragraf kedua. Kalo hal kayak gitu gak kejadian, ngapain saya repot repot kayak gini, 15 - 29 tahun terlalu males buat ngurusin yang beginian, kalo emang gak dipeduliin. Saya juga gak mau melanggar norma norma ke-umur-an. Ntar dikira minta kebebasan yang bebaaas banget sampe nanti dikira nyalahgunain, ya kan yang menjalankan pikiran ini juga kucrut - kucrut terpecaya dan gak rusuh hahaha (tapi tetep, yang bisa rusuh bukan cuma 29 below aja kan?). Eh mungkin saya salah, mungkin little brat lahiran tahun '90 yang udah 0,1% sedikit berpengaruh dalam dunia (Indonesia terutama), expose dong media, bikinnya yang bagus juga beritanya, jangan ngebosesnin kayak berita berita gak penting kayak Hari Kartini diperingati oleh anak anak TK se- kota Depok (YAIYALAH wong disuruh guru)... Mending juga tidur, atau... seneng seneng :P

This is my thinking. I thought it first. So, think about it. I think to be thought.

0 komentar: