Wednesday, February 18, 2009

Menjadi Kopi

Notice: Kalo mau, bacanya sambil dengerin lagunya Chaseiro yang judulnya Dara ya, di playlist gue ada, dibawah - bawah gitu, click button ke kiri disamping Play Button, click terus sampe lagunya ketemu, nomor 34, gak jauh haha. Kita calm down sebentar ya hahaha. Thank you.


Gue lagi mikir. Bayangin, menjadi segelas Kopi.

Kopi. Kopi, petama dipilih oleh manusia yang tidak jelas, yang Si Kopi sendiri tidak tahu siapa. Kopi itu tidak peduli dengan latar belakang atau siapa sebenanya sang manusia. Lalu Kopi itu ditakdirkan bertemu dengan sebuah cup, yang akan menampungnya. Takdir itu sendiri bukan manusia yang mengatur. Cup itu memang untuk Si Kopi. Cuma manusia berfikir bahwa itu cup pilihannya. Terus manusia menuangkan air panas, yang mau gak mau harus dituang meskipun panas, ke Si Kopi. Bisa bayangin kalo Si Kopi berontak. Tapi ternyata enggak. Si Kopi diem aja, dan manusia tetap menuangkan air panas itu. Si Kopi melebur. Dia sekarang jadi air. Bukan bubuk, ataupun biji. Sekarang dia lebih hitam. Tapi Si Kopi juga gak protes, marah - marah juga enggak. Kalo manusia, kena matahari sedikit aja langsung panik kepanasan, sama takut nanti jadi item.. padahal gak gitu gitu amat haha. Terus Si Kopi ditambahin gula. Lo bahkan gak tau kan, kalo misalnya, Si Kopi sama Si Gula hubungannya lagi tidak baik, apakah semalem berantem di laci dapur lo, apa gimana. Tetep aja lo masukkin Gulanya, meskipun nanti, Si Kopi menjadi 'dingin', karena ada Gula. Untungnya, tidak ada sejarah tentang pertentangan Kopi dan Gula. Tapi, manusia gak tahu apa yang dipikirkan Si Kopi. Si Kopi diam saja, dan tetap membiarkan dirinya bersama Si Gula. Si Gula sudah dimasukkin sama manusia, ke Si Kopi yang dalam keadaan panas, eh, terus diaduk. Si kopi diam saja, meskipun sebenarnya dia merasa sangat pusing, dan tidak ada penawar pusing khusus Kopi. Harus bertabrakan dengan gagang metal melengkung dan perlahan Si Kopi melihat Si Gula fades away, dan masuk ke partikel Si Kopi. Tapi kalo manusia, sedikit saja merasa sakit seringkali mengeluh, meskipun dia tahu, itu merupakan hal yang sepele. Lalu, dituang air dingin ke dalam cup. Terjadi perubahan suhu, yang kalo terjadi sama manusia, bisa menimbulkan rasa gak enak. Tapi Si Kopi diem aja. Dia tetap membiarkan manusia menuangkan air dingin meskipun sebenarnya panasnya air panas belum seluruhnya hilang. Kopi itu kini menjadi hangat. Kalo di dunia manusia, seperti comfort zone. Tapi manusia gak pernah tahu apa namanya rasa hangat kalo dialami sama Si Kopi. Yang lo tahu cuma lo mau Kopinya hangat. Terus, belum selesai. Lo memasukkan, susu, creamer, vanilli, chocolate, bahkan cinnamon ke dalam si kopi, dan lo men-steam Si Kopi, yang membuat Si Kopi akhirnya bereaksi. Si Kopi mulai berbusa. Melihat Si Kopi yang berbusa, manusia malah tersenyum....... Bingung gak sih jadi Si Kopi hahahaha. Kayaknya Si Kopi pengen banget garuk - garuk kepala hahaha. Terus lo keluarkan Si Kopi dari steamer yang membuat dia sangat mual. Si Kopi ditaburi bubuk coklat yang membuat dia geli. Tapi Si Kopi gak bisa ketawa. Kelewat mual kali haha. Terus udah gitu, sama manusia dibawa ke tempat dimana manusia bisa duduk, terus Kopinya diminum... Eh masih panas. Ditiup - tiup sama yang minum, padahal sikat gigi juga belom. Haha. Terus diminum. Kopi itu kehilangan sekian persen dari 100% dirinya, tapi, kalo manusia, 1 giginya dicabut aja ogah - ogahan. Hahaha. Abis itu, Kopinya ditaro di meja, terus manusia beranjak... Kopinya ditinggal pergi! Gila. Kalo menurut Si Kopi, kalau Si Kopi berfikiran pendek, dia akan merasa bahwa manusia itu udah ngejahatin Kopi. Udah di siram, diudek - udek, di steam, di kocok sama ini itu, diminum, terus ditinggal! Buset deh. Kalo di dunia manusia, pasti rasanya pengen marah - marah, maki - maki, nyabik - nyabik etc. Hahahahaha.... Tapi..... karena sifat Si Kopi yang menurut gue, berfikir panjang, Kopi mengambil keputusan yang tepat, dengan tidak protes saat manusia mengolahnya, bahkan saat manusia meninggalkannya. Karena, mungkin, dia sudah tahu, bahwa dia akan menjadi sesuatu yang lebih baik dari dirinya yang dulu. Coba kalo tadi Si Kopi menolak untuk di olah, pasti Kopi akan terasa biasa, dan tidak akan mahal kayak sekarang. Hahaha. Itu karena, mungkin Si Kopi itu sendiri tahu, bahwa manusia bisa berfikir, justru seluruh kegiatan yang terkesan kejam itu, semata - mata untuk membuat Si Kopi menjadi sesuatu yang lebih bagus, dan enak. Gak cuma sekedar... Kopi. Semua yang biasa diakukan manusia terhadap Kopi itu, bisa membuat Kopi menjadi lebih menarik, misalnya, menjadi Farppucinno, Cappucinno, atau Moccacinno. Ya kan? Gak cuma Black Coffee aja, atau cuma Espresso aja, atau cuma Kopi sama Gula. Nah dari sini gue bisa tarik kesimpulan. Kita harus mau menghadapi semua yang sulit kalo kita tahu, hal itu akan membuat kita menjadi lebih baik. Emang pertamanya, Si Kopi menjalani proses yang tidak mengenakan, tapi see? Ternyata proses itu membuat Kopi menjadi lebih berharga.. Hahaha... Jadi, kalo Kopi bisa berfikir begitu, kenapa manusia tidak merubah cara pikirnya juga? Hahaha....

Ini adalah cara gue untuk belajar banyak hal. Gue mencoba memahami dengan mengubah cara pandang gue. Dengan melihat sesuatu from the opposite side, what if this' and what if thats. Seringkali, gue menghabiskan waktu gue untuk memikirkan hal - hal kecil kayak gini. Hal - hal yang gak pernah gue pikirkan sebelumnya, dari situ gue bisa ngerti ini dan itu. Hahaha tapi ini baru pertama kalinya pikiran gue, gue tulis haha. Jadi jangan heran kalo lo mergokin gue lagi nerawang gak jelas, atau kayaknya lagi mikir keras hahaha. Ya, karena gue yakin, one small thing, is actually bigger that you ever think.



-Cheers, Carina

0 komentar: